Naskah Khutbah Jumat Dewan Dakwah BantulEdisi 037/Tahun II/2022
Ingin mendapatkan materi Khutbah Jumat?
🟢 Group WhatsApp 4️⃣ : https://chat.whatsapp.com/HuyMTmy9wVn2vdG1HRQMSw
🔵 Naskah lengkap dari awal bisa dibuka di Channel Telegram : https://t.me/khutbah_DDII_Bantul
💻 Naskah lengkap dari awal : https://drive.google.com/drive/folders/11ZcffhlMqe-KdNXEshz1UUOhQ4Ik132l?usp=sharing
Jangan Meremehkan Amal
Oleh: ust. Malik Saifudin, Lc
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ ِللهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ خَيْرِ الْاَنَامِ،
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ،
فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَاَيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.
وَقُلِ ٱعْمَلُوا فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Dzat yang telah melimpahkan sangat banyak nikmat karunia-Nya sehingga saat ini kita tetap dalam iman – Islam, dan bisa menghadiri ibadah shalat Jum’at di masjid yang mulia ini. Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad saw, utusan yang membawa rahmat bagi alam semesta.
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan melaksanakan perintah, serta berusaha menjauhkan diri sari larangan-larangan-Nya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Sesungguhnya hidup kita di dunia ini akan menjadi berharga atau tidak tergantung pada apa yang kita perbuat, apakah termasuk dalam tindakan kebaikan (amal shaleh) atau keburukan (amal sayyi’ah). Allah swt berfirman:
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً ﴿٧﴾
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (Qs. Al Kahfi: 7)
Kita sebagai orang beriman, harus selalu menjadikan rambu-rambu al-Qur’an sebagai pedoman, bahwa semua hal yang dilakukan oleh manusia akan diberikan balasan tanpa kecuali:
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ ﴿٨﴾
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” (Qs. Az Zalzalah: 7-8)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Orang beriman sebaiknya mengisi waktu-waktu yang dilaluinya dengan perilaku yang akan menghasilkan kebaikan (sebagai amal shaleh), sekecil apapun. Sebab, hidup kita akan merugi bila tanpa diiringi dengan amal shaleh).
Ingat satu surat Al ‘Asher yang sangat popular:
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾
“Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bersabda:
“لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئاً، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.
“Sungguh janganlah kamu memandang rendah suatu kebaikan pun, meski kamu sekedar bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.” (Hadis riwayat Imam Muslim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Setiap perkara yang menjadi bagian dari diri kita sebenarnya merupakan “modal” untuk berinvestasi menjadi amal shaleh bagi kepentingan akhirat, baik itu berupa tenaga, harta, ataupun ilmu pengetahuan. Sebab besok akan datang masanya semua yang telah kita kerjakan di dunia akan dimintai pertanggungjawaban di hari pembalasan.
يَوْمَ تَأْتِي كُلُّ نَفْسٍ تُجَادِلُ عَنْ نَفْسِهَا وَتُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“(Ingatlah) suatu hari (ketika) tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendiri dan bagi tiap-tiap diri disempurnakan (balasan) apa yang telah dikerjakannya, sedangkan mereka tidak dianiaya (dirugikan).” (QS:An-Nahl: 111).
Dan firman-Nya,
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (QS:Ali Imran: 30).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Dalam melakukan amal perbuatan, ada kalanya kita bersemangat, tetapi kadang pula menjadi lesu dan malas-malasan.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
وَلِكُلِّ عَمِلٍ شِرَّةٌ ، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ ، فَمَنْ يَكُنْ فَتْرَتُهُ إِلَى السُّنَّةِ ، فَقَدِ اهْتَدَى ، وَمَنْ يَكُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ ، فَقَدْ ضَلَّ
”Setiap amal itu pasti ada masa semangatnya. Dan setiap masa semangat itu pasti ada masa futur (malasnya). Barangsiapa yang kemalasannya masih dalam sunnah (petunjuk) Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, maka dia berada dalam petunjuk. Namun barangsiapa yang keluar dari petunjuk tersebut, sungguh dia telah menyimpang.” (HR At Thabarani : Al Mu’jam al Kabir)
Terkait dengan hal itu, maka perlu kiranya kita mengikat diri kita untuk memelihara amalan yang relatif ringan dan ‘terjangkau’, sehingga dalam keadaan berat dan sulit sekalipun – maka kita akan tetap mampu mengerjakannya. Misalnya sholat sunat rawatib, infak sedekah pada orang sekitar, serta amalan membantu orang sekitar yang kita jumpai sehari-hari.
Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (HR Muslim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Sementara itu, ada sebagian orang yang meremehkan perbuatan dosa dan maksiat. Dan ada pula yang meremehkan dosa-dosa yang dianggap kecil. Allah melarang kita duduk berkumpul dan berteman dekat orang-orang yang meremehkan perbuatan maksiat. Apalagi mereka yang mengajak kepada perbuatan dosa tersebut.
فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَىٰ مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (QS:Al-An’am: 68).
Meremehkan dosa-dosa kecil adalah perbuatan yang berbahaya. Sebab akan merusak hatinya. Menurunkan imannya. Kemudian menyeretnya ke dosa-dosa lain hingga ia melakukan dosa besar bahkan kekufuran. Na’udzubillahi min dzalik.
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun” (QS:Al-Kahfi: 49).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Orang-orang yang meremehkan perbuatan kecil, lama-kelamaan ia akan terjatuh dalam meremehkan yang besar. Para ulama menyebutkan bahwa kebiasaan mengerjakan dosa-dosa kecil akan mudah tanpa terasa mengantarkan seseorang melakukan dosa besar. Hendaknya orang yang beriman melihat keagungan dan kebesaran Dzat yang dia maksiati. Bukan memandang kecil atau besarnya dosa itu. Apabila ia meyakini bahwa ia memiliki Rabb yang senantiasa melihatnya, maka ia akan merasa malu pada-Nya.
Nabi saw bersabda ketika ditanya oleh Jibril tentang ihsan,
مَا الْإِحْسَانُ قَالَ أَنْ تَخْشَى اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنَّكَ إِنْ لَا تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Apa itu ihsan?” Beliau menjawab, “Engkau takut kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan engkau tidak mungkin mampu melihat-Nya, namun Dia pasti melihatmu.” (HR. Muslim).
Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengingatkan,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ بِهِ هَكَذَا. قَالَ أَبُو شِهَابٍ بِيَدِهِ فَوْقَ أَنْفِهِ”
“Seorang mukmin melihat dosa-dosanya seakan ia sedang duduk di kaki gunung dan merasa khawatir jikalau gunung itu runtuh menimpanya. Adapun orang pendosa, ia melihat dosa bagaikan lalat yang lewat di depan hidungnya seraya berkata “begini”. Ibnu Syihab menafsirkan: yakni mengebutkan tangannya di depan hidung untuk mengusir lalat tersebut”. (al Bukhari)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Suatu ketika Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu pernah berkata kepada sebagian muridnya,
“إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالًا هِيَ أَدَقُّ فِي أَعْيُنِكُمْ مِنْ الشَّعَرِ، إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمُوبِقَاتِ”.
“Sesungguhnya kalian terkadang melakukan suatu dosa yang kalian pandang lebih kecil dari pada biji gandum, padahal di masa Nabi shallallahu’alaihiwasallam kami menganggapnya sebagai dosa besar yang membinasakan”. (al Bukhari).
Hal itu semata-mata karena pengetahuan para sahabat akan keagungan Allah yang lebih sempurna. Makanya dosa kecil bagi mereka – jika sudah dikaitkan dengan kebesaran Allah – akan menjadi sangat besar.
Ada satu hal yang seringkali tidak dipahami oleh sebagian masyarakat, bahwa dosa kecil itu ternyata bisa berubah menjadi besar. Hal ini karena terkumpulnya perilaku dosa yang sering dikerjakan sehingga menjadi banyak dan “menggunung”, atau pun secara tingkatan memang termasuk dosa besar. Faktor yang menyebabkannya adalah: Meremehkan ‘tutup dosa’ dan kesantunan (kasih sayang) Allah; yaitu ketika pelaku dosa kecil terbuai dengan kemurahan Allah dalam menutupi (atau mengampuni) dosa. Terlalu mengandalkan kemurahan Allah, bahwa nanti juga Allah akan mengampuni dosanya, dan diniatkan nanti akan bertobat di kemudian hari.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Ia tidak sadar bahwa itu adalah penangguhan dari Allah untuknya. Bahkan ia menyangka bahwa Allah sangat mengasihinya dan memberi perlakuan istimewa kepadanya. Sebagaimana yang Allah kabarkan kepada kita tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berkata,
“نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ”
“Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-Nya”. (QS. Al-Ma’idah : 18).
Hal semacam ini justru akan menjadikan dirinya tertipu dan berlarut-larut dalam perangkap setan untuk melakukan perbuatan dosa. Na’udzubillahi min dzalik.
Demikian khutbah siang ini, semoga kita dapat mengambil manfaatnya; dan mampu mengarahkan diri untuk beramal shaleh mulai dari perkara yang terkecil sekalipun. Amiin.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيداً
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.