Naskah Khutbah Jumat Dewan Dakwah BantulEdisi 001/Tahun III/2023
Ingin mendapatkan materi Khutbah Jumat?
🟢 Group WhatsApp 1️⃣ : https://chat.whatsapp.com/GYrsFLncgFdBP0NyCIGYe2
🔵 Naskah lengkap dari awal bisa dibuka di Channel Telegram : https://t.me/khutbah_DDII_Bantul
Perbaharuilah Hidupmu !
Oleh: Ust Umar Hidayat, M.Ag.
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ بَلَغَنَا إِلَى الْعَامِ الْجَدِيْدِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيْدِ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ قَوْلُهُ السَّدِيْدُ.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Puji syukur kita haturkan kepada Allah swt. Berkat rahmat dan kenikmatan yang diberikan-Nya, kita dapat bertemu di tempat dan majelis yang penuh diberkahi ini untuk melaksanakan sholat jum’at sebagai tanda syukur atas segala nikmat yang telah kita terima dari-Nya.
Shalawat dan salam, kita haturkan kepada Nabi Besar Muhammad saw, juga kepada keluarga, para sahabat, serta pengikutnya, dan semoga kita semua kelak mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti. Amin ya rabbal alamin.
Perkenankan selaku khatib, kami mengajak kepada seluruh hadirin, Mariah kita berupaya selalu menambah iman takwa kepada Allah dengan jalan melaksanakan perintah-Nya serta meninggalkan segala hal yang dilarang-Nya.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Saat ini kita sudah berada di tahun baru 2023, sangat baik bagi kita untuk melihat sekilas perjalanan hidup setahun lalu, agar mulai di tahun ini kita memiliki semangat yang terbarukan dan lebih bergairah; baik dalam urusan pribadi, keluarga maupun dalam konteks kehidupan bermasyarakat.
Dalam urusan pribadi, bagaimana diri kita menunjukkan sikap tanggung jawab dalam bekerja, mencapai prestasi yang menggambarkan kualitas diri. Demikian pula dalam hal ibadah, apakah sudah teratur dalam keadaan yang baik, semakin khusyuk dan berkualitas.
Dalam hal berkeluarga, bagaimana kita telah memberikan perhatian, pemenuhan kebutuhan sehari-hari; sehingga mampu meraih suatu predikat sebagai keluarga idaman, sakinah mawaddah warahmah. Adapun dalam konteks kehidupan bermasyarakat, apakah kita telah memiliki andil bagi kebaikan masyarakat, melibatkan diri dan memberi manfaat bagi lingkungan?
Apabila semua sudah cukup baik, maka perlu dijaga, dipertahankan, dan terus diupayakan untuk ditingkatkan. Sedangkan bila terasa masih kurang, maka perlu diperbaiki. Apalagi bila sangat jelas nilai keburukannya maka kita harus menghapus, dan menggantikannya dengan kebaikan. Atau setidaknya kita berusaha untuk mengurangi sedikit demi sedikit agar pada waktunya nanti, kita tidak lagi terulang dalam keadaan yang serupa.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Evaluasi ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 18 berikut.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, menjelaskan bahwa maksud dari memperhatikan apa yang telah diperbuat adalah menilai diri sendiri sebelum pada waktunya nanti bakal dihisab, yakni di akhirat. Hal ini guna melihat apa saja yang telah kita siapkan sebagai bekal untuk menghadap kepada Allah SWT kelak.
Sejalan dengan makna ayat tersebut, Imam Hasan al Bashri memberikan nasehat yang bagus:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
“Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Dan, barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).” (HR Al-Hakim).
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Semangat untuk perbaikan inilah yang harus terus dipupuk oleh kaum Muslimin agar senantiasa berkemajuan, dalam landasan iman dan takwa kepada Allah SWT. Semangat yang bukan saja ingin meraih prestasi keduniawian belaka, tetapi orientasi akhirat dikedepankan agar keduanya tergapai sepenuh kemuliaan dan kehormatan.
Perilaku hidup sehari-hari yang tampaknya sekedar untuk memenuhi kehidupan duniawi sebenarnya juga dapat bernilai ukhrawi bila didasarkan pada niat untuk mendapatkan ridha Allah. Hal itu sebagai bentuk melaksanakan perintah Allah dalam bekerja dalam kualitas yang terbaik, serta menghindari perilaku merusak atau merugikan.
Demikianlah, memperbarui amal hidup kita dengan menguatkan dan meluruskan niat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Umar bin Khattab r.a. :
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya segala amalan itu tergantung kepada niatnya; dan sesungguhnya tiap-tiap orang akan memperoleh balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR Bukhari – Muslim)
Hidup yang kita jalani ini semua dirasakan membuat capek, penat dan penuh perjuangan. Allah SWT telah mengisyaratkan:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي كَبَدٍ ﴿٤﴾
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam keadaan susah payah.” (Qs. Al Balad: 4)
Agar hasilnya tidak hanya minimalis bagi kepentingan sesaat di dunia, maka bagi seorang yang beriman harus nenyiasati dengan memasang “niat yang lebih tinggi” yaitu sebagai bentuk ibadah ghairu mahdloh. Jangan sampai kita melakukan perbuatan yang hanya mengakibatkan rasa lelah dan capek, tetapi tidak memperoleh “nilai tambah” sebagai amal shaleh di hadapan Allah ta’ala.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Semangat perbaikan hidup telah digulirkan dalam ajaran Islam, bagaimana dengan nilai iman kita didorong menjadi orang terbaik yang akan mengajak umat manusia menjalani hidup dalam cahaya iman, selalu menyeru ke jalan kebaikan dan mencegah dari kemunkaran.
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿١١٠﴾
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Qs. Ali ‘Imran: 110)
Bila kita buka dan bercermin dari sejarah, lima belas abad yang silam; ketika dunia tengah tenggelam dalam kegelapan jahiliyah; ketika manusia terlena dengan dosa dan kemungkaran, secercah pengetahuan dan petunjuk kebenaran yang dibawakan ajaran Islam muncul dari cakrawala perbukitan “Makkah”.
Cahayanya menyebar ke segenap penjuru dunia. Hanya dalam waktu singkat, yakni selama 23 tahun, mereka menemukan kemuliaan sedemikian tingginya, suatu status yang belum pernah dicapai sebelumnya.
Hal ini menyadarkan kita tentang pentingnya mengikuti petunjuk kebenaran yang pada akhirnya akan membawa kepada keselamatan, kemuliaan dan kejayaan hidup. Umat Islam memperoleh keberhasilan demi keberhasilan dan mencapai puncak kemuliaan dalam sejarah. Selama beberapa abad lamanya umat Islam memimpin dunia dan menjadi “superpower” di kala itu.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Sayang seribu sayang, masa kejayaan itu telah berlalu. Kemunduran umat Islam disebabkan oleh lemahnya diri mereka dalam mempertahankan nilai kebaikan, dan kurangnya perbaikan diri. Ada pula pihak lain yang memusuhi Islam untuk menghancurkan dengan berbagai bentuk makar. Selain itu, hal yang sangat memprihatinkan adalah adanya intrik dan kurangnya komitmen di antara umat islam sendiri dalam memegang nilai-nilai ajaran agama, khususnya tentang ukhuwah Islamiyah.
Dimana-mana muncul perilaku keji, kefasikan dan kejahatan telah meningkat dengan cepat, tidak ada lagi yang tersembunyi di hadapan manusia. Itulah masa lalu yang telah mengakibatkan terpuruknya umat Islam.
Apabila manusia sudah melampaui batas dalam melakukan berbagai bentuk kemunkaran, maka akan didatangkan kepada mereka bencana atau azab, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 16:
وَإِذَا أَرَدْنَا أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيراً ﴿١٦﴾
“Dan jika Kami hendak menghancurkan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (agar mena’ati Allah) tetapi mereka melakukan kefasikan di dalamnya, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya ketentuan Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Sekarang, tugas sejarah masa depan manusia sebenarnya ada di hadapan kita. Apa yang harus kita lakukan?
Jangan terjebak kepada romantisme masa lalu. Jangan lemah dan jangan bersedih. Mari segera kita kembali kepada bimbingan Allah dan rasul-Nya. Kita harus menjadi pribadi yang memiliki kepercayaan diri, optimisme dan berhusnuzhan kepada Allah.
وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿١٣٩﴾
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Qs. Ali ‘Imran” 139)
Generasi awal Islam telah menjadi contoh tentang bagaimana melakukan perbaikan hidup. Mereka mampu berdiri dan berjalan dengan penuh kemuliaan; maka kita pun akan mampu melakukannya, tetapi dengan syarat harus ada kemauan yang kuat (azam). Sebagaimana ungkapan “Man jadda wajada”, Barangsiapa bersungguh-sungguh, maka pasti akan mendapatkannya !
Mumpung masih di awal tahun, mari kita semua bergegas dalam berbenah diri, memulai segala sesuatu dari diri sendiri. “ Ibda’ binafsik “. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan, kekuatan lahir batin, serta kemudahan bagi kita dalam menjalaninya. Amiin.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ, اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
اَللّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الخَيْرَاتِ، وَتَرْكَ المُنْكَرَاتِ، وَحُبَّ المَسَاكِينِ، وَإِذَا أَرَدْتَ بِعِبَادِكَ فِتْنَةً فَاقْبِضْنِي إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُونٍ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ