Naskah Khutbah Jumat Dewan Dakwah BantulEdisi 029/Tahun II/2022
Ingin mendapatkan materi Khutbah Jumat?
🟢 Group WhatsApp 4️⃣ : https://chat.whatsapp.com/HuyMTmy9wVn2vdG1HRQMSw
🔵 Naskah lengkap dari awal bisa dibuka di Channel Telegram : https://t.me/khutbah_DDII_Bantul
💻 Naskah lengkap dari awal : https://drive.google.com/drive/folders/11ZcffhlMqe-KdNXEshz1UUOhQ4Ik132l?usp=sharing
MENJAGA AMANAH
Oleh: Ust. Saiful Bahri, S.Ag.
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي فَرَضَ عَلىَ الْعِبَادِ أَدَاءَ اْلأَمَانَةِ، وَحَرَّمَ عَلَيْهِمُ الْغَدْرَ وَالْخِيَانَةِ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلـهَ إلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.
اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
أمّا بَعْدُ،فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْـمُتَّقُوْن،
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَخُونُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓاْ أَمَٰنَٰتِكُمۡ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kesempurnaan iman dalam Islam ukurannya adalah kemuliaan akhlak atau budi pekerti, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
أكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً
“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya di antara mereka” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dll.)
Diantara akhlak yang banyak berhubungan dengan hajat hidup bersama dalam masyarakat adalah sifat amanah. Kata ini berasal dari bahasa Arab, yakni amina- ya’manu- amānatan. Kata amanah memiliki arti bisa dipercaya atau jujur.
Ada tiga kata serupa yang semuanya dibentuk dari huruf alif, mim dan nun yaitu aman, amanah dan iman. Ketiganya memiliki hubungan yang erat, yaitu menunjukkan kepada ketenangan atau tuma’ninah. Amanah menunjukkan pada kepercayaan, dan kepercayaan adalah ketenangan, sedang aman adalah hilangnya rasa takut. Ini juga berarti ketenangan. Kemudian iman bermakna pembenaran dan ketetapan (iqrar) serta amal perbuatan, yang di dalamnya terdapat pula ketenangan.
Amanah merupakan salah satu sifat wajib yang dimiliki para rasul. Nabi Muhammad SAW dalam pergaulan masyarakat sangat terkenal dengan sifat utamanya yang selalu bisa dipercaya, sehingga secara otomatis masyarakatnya (yaitu kaum Quraisy) memberinya julukan ‘al-amin’, artinya orang yang terpercaya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kata ‘amanah’ dalam bahasa Indonesia memiliki kandungan makna sesuatu yang dititipkan atau dipercayakan kepada orang lain. Amanah adalah kepercayaan yang diberikan seseorang untuk dipelihara dan dijalankan sebaik mungkin. Orang yang diberi amanah harus menghindari adanya kemungkinan menyia-nyiakan amanah tersebut, baik karena sengaja ataupun lalai (lengah). Amanah adalah sifat seseorang yang mampu menjaga dengan sebaik mungkin kepercayaan yang diberikan kepadanya di tengah lingkungan masyarakat atau komunitas sekitarnya.
Allah SWT memerintahkan agar umat manusia menunaikan amanah kepada siapa saja yang memiliki haknya:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”. (Qs. An Nisa: 58)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Arti pentingnya sifat amanah ini ditegaskan dalam sabda Rasulullah SAW:
لاَ إِيمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَةَ لَهُ وَلاَ دِينَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَهُ
“Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama orang yang tidak menunaikan janji” (Hadis Riwayat Ahmad).
Dalam hadis tersebut, ditegaskan bahwa sifat amanah dijadikan sebagai ukuran (indikator) kesempurnaan iman dan agama seseorang. Sebab memang sifat saling percaya itulah yang menjadi pilar pembentuk ketentraman hidup di masyarakat. sebaliknya bila di tengah masyarakat sikap saling percaya sudah terkikis atau habis, maka yang tercipta pasti hanyalah malapetaka. Keluarga bisa tercerai berai, masyarakat penuh ketidakpastian, negara dapat diliputi kekacauan. Na’udzubillahi min dzalika !
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Amanah yang ada dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak contohnya, dan pada gilirannya itu menjadi sebuah kewajiban yang akan dipertanggungjawabkan. Misalnya: pernikahan, pekerjaan, jabatan, pengasuhan anak dan sebagainya. Dalam suatu hadits Rasulullah SAW mengingatkan:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ
“Kamu semua adalah pemimpin, dan kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya… ” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Pada dasarnya, setiap orang adalah pemimpin atas dirinya sendiri. Mengapa sifat amanah wajib dimiliki oleh tiap individu, maka kandungan makna dalam hadis ini kita temukan. Jika seseorang sudah tidak bisa menjaga kepercayaan yang diberikan kepada dirinya sebagai individu, tentu akan bermasalah jika harus menerima kepercayaan yang menyangkut banyak orang.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dalam satu riwayat, ada seorang sahabat bernama Abu Dzar r.a. yang meminta suatu jabatan (pekerjaan) kepada Nabi SAW, tapi kemudian beliau memberi nasehat bahwa jabatan itu merupakan amanah :
عَنْ أَبِي ذَرِّ قَالَ قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلاَ تَسْتَعمِلُنِي؟ قَالَ : فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِنِي ثُمَّ قَالَ : يَا أَبَا ذَرِّ إِنَّكَ ضَعِيْفٌ، وَإِنَهَا أَمَانَةٌ، وَإِنَهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيْهَا
Dari Abu Dzar, ia berkata, “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah! Tidaklah engkau mempekerjakan (dalam suatu jabatan) kepadaku?’ Ia berkata, ‘Maka beliau menepuk pundakku dengan tangannya kemudian bersabda, ‘Hai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah, dan sesungguhnya pekerjaan (jabatan) itu adalah amanah, dan sesungguhnya ia adalah kehinaan dan penyesalan di hari Kiamat, kecuali orang yang mengambilnya dengan haknya dan menunaikan kewajiban padanya” (H.R. Muslim)
Hadits ini mengandung pesan, agar kita jangan suka meminta suatu jabatan (amanah) bila sebenarnya kita bukan orang yang memiliki keahlian. Sebab dikhawatirkan justru akan menyebabkan terbengkalainya amanah dan menimbulkan kerugian atau merusak kepentingan yang lebih besar. Dan apabila hal itu terjadi, maka kita pun akan dinilai sebagai orang yang tidak amanah.
Orang yang tidak menunaikan amanah merupakan salah satu pertanda dan perilaku dari orang munafik ! Ingat pesan Nabi SAW:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda, tanda-tanda orang munafik ada tiga, jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah (kepercayaan) dia berkhianat. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kita menyaksikan dalam kehidupan ini, bagaimana mirisnya tindakan khianat justru dilakukan oleh orang-orang yang semula sangat dihormati di masyarakat. Ada berbagai kasus yang terjadi, baik di dunia pendidikan, lembaga sosial kemanusiaan, lembaga pemerintahan dan bahkan penegak hukum. Fenomena ini menunjukkan bahwa perilaku amanah ini benar-benar dalam keadaan darurat, dan harus ditegakkan dalam kehidupan masyarakat. Bila hal ini terabaikan, maka kita tidak akan pernah merasa tenang. Kita akan mengalami kekhawatiran, kepada siapa harus menaruh kepercayaan dalam urusan hidup sehari-hari. Berjual beli, bertetangga-bermasyarakat, mendidik anak, berorganisasi dan lain sebagainya ..
Sesungguhnya, orang yang telah mengkhianati amanah, maka dia akan mengalami kerugian sendiri secara langsung. Contoh sederhana, misalnya ada seorang pedagang yang mengkhianati pembelinya; maka pasti kecurangannya kemudian akan menyebar dan dikenal luas. Pelanggan yang selama ini ada, pasti akan berpindah ke tempat lain. Hal ini dengan sendirinya akan menutup jalan rejekinya. Akan sulit sekali orang mempercayainya kembali. Ibarat pepatah mengatakan: “sekali lancung ke ujian, maka selamanya orang tak akan percaya.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dalam hal ini, Allah SWT memerintahkan kita agar menjadi orang yang menunaikan amanah dan jangan berkhianat:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَخُونُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓاْ أَمَٰنَٰتِكُمۡ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul; dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (Qs. Al Anfal: 27)
Akhirnya, marilah kita selalu berupaya menciptakan suasana saling percaya dan hendaknya kita menjadi masyarakat yang suka menegakkan (menjaga) amanah dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga kita semua dari bahaya perilaku khianat. A-miin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ