Naskah Khutbah Jumat Dewan Dakwah BantulEdisi 019/Tahun III/2023
Ingin mendapatkan materi Khutbah Jumat?
🟢 Group WhatsApp 2️⃣ : https://chat.whatsapp.com/JwOZ6ZelLUx5BTam0cYhFn
🔵 Naskah lengkap dari awal bisa dibuka di Channel Telegram : https://t.me/khutbah_DDII_Bantul
HAKIKAT REJEKI
Oleh: ust. A. Alfian Muzakki
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّييْنِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ, قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ (هود: ٦)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dalam hidup ini setiap orang melakukan ikhtiar yang beraneka macam sebagai upaya untuk mendapatkan rejeki. Apakah rejeki itu? Secara umum, kita selalu mengartikannya sebagai penghasilan yang berupa harta atau sederhananya ‘uang’. Padahal, kata rejeki yang diambil dari Bahasa Arab “rizqun’ memiliki pengertian sebagai segala sesuatu yang dapat memberi manfaat atau kegunaan.
Dengan demikian, maka rejeki tidak hanya berupa harta kekayaan. Tetapi segala yang ada dan dimiliki oleh manusia yang bisa memberi manfaat, misalnya: waktu, ilmu, kesehatan, ketrampilan, keluarga, tetangga, masyarakat, kemerdekaan, ketentraman dan sebagainya. Hal itu semuanya merupakan karunia Allah yang bisa dinikmati siapapun dalam jumlah yang bahkan tidak terbatas. Maka Allah menyebutkan dalam firman-Nya:
وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿١٨﴾
“Dan jika kamu menghitung-hitung ni`mat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs an Nahl: 18)
Oleh karena itu marilah kita pandai-pandai bersyukur atas banyaknya nikmat karunia Allah tersebut, sebab hal itu merupakan rejeki yang sringkali kita ‘baru merasakannya sebagai rejeki’ ketika hal itu berkurang atau hilang.
Ketika kita diberi sakit, kita baru ingat nikmatnya badan sehat yang merupakan rejeki sangat besar. Saat ada bencana alam kita merasa khawatir dan takut, baru ingat nikmatnya rejeki atas adanya keamanan dan ketentraman; dan sebagainya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Seorang ulama besar asal Mesir, Syekh Al Mutawalli As-Sya’rawi menyatakan bahwa tingkatan rezeki ada 4, yaitu:
المَالُ هُوَ أَدْنَى دَرَجَاتِ الرِّزْقِ
- Harta (Maal), adalah rejeki yang paling rendah
و العَافِيَةُ أَعْلَى دَرَجَاتِ الرِّزْقِ
- Afiyah (sehat lahir batin), adalah rejeki yang paling tinggi
و صَلَاحُ الأَبْنَاءِ أَفْضَلُ أنْوَاعِ الرِّزْقِ
- Anak-anak yang salih (shalihu abna) adalah rejeki yang paling utama
و رِضَا رَبِّ العَالَمِينَ فَهُوَ تَمَامُ الرِّزْقِ
- Mendapat ridha Allah (ridha rabbul ‘alamin) adalah rejeki yang paling sempurna.
Kadangkala kita lebih mementingkan harta daripada tiga yang lainnya, bahkan sampai tidak peduli apakah didapatkan dari cara yang halal ataukah haram !
Hal ini sampai disinyalir oleh Nabi SAW dalm satu hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah r.a.:
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ أَمِنَ الْحَلاَلِ أَمْ مِنْ الْحَرَامِ
“Akan datang kepada manusia suatu zaman (ketika) seseorang tidak lagi mempedulikan dari mana ia mengambil hartanya; apakah dari jalan yang halal ataukah dari jalan yang haram.” [HR. al-Bukhari].
Hadits ini mengingatkan, tentang bagaimana kondisi orang-orang akhir zaman, yang mereka tak lagi peduli cara mendapatkan hartanya, apakah dari jalan halal ataukah haram. Tidak peduli persoalan nilai baik-buruk, yang penting harta bisa didapatkan.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Allah telah mengingatkan agar kita menghindari jalan kebathilan, dan hanya mencari jalan rejeki yang halal:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تأكلوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.” [Quran An-Nisa: 29]
Sementara itu, fenomena nyata yang ada di dunia ini, orang dalam mendapatkan rejeki dan memanfaatkan harta ada empat macam, yaitu:
- Cara mencarinya halal, dimanfaatkan untuk keperluan yang halal
- Cara mencarinya halal, tetapi digunakan untuk perkara yang diharamkan
- Cara mencarinya haram, dan dimaksudkan untuk memenuhi keperluan yang halal
- Cara mencarinya haram, dan digunakan untuk memenuhi keinginan yang haram juga
Sungguh, kita seharusnya berusaha untuk memilih jalan yang pertama, yaitu mencari dengan cara halal, dan digunakan untuk perkara yang halal pula.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dalam satu hadits diriwayatkan, bahwa di hari kiamat nanti seseorang akan ditanya tentang harta mereka: dari mana mereka mendapatkan, dan kemana dikeluarkan:
لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاه
“Kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada Hari Kiamat sampai dia ditanyai: tentang umurnya, dalam hal apa dia habiskan; tentang ilmunya, dalam hal apa dia amalkan; tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa dia belanjakan; dan tentang tubuhnya, dalam hal apa dia manfaatkan.” (HR. at-Tirmidzi, ad-Darimi, dan al-Baihaqi)
Allah melimpahkan rezeki kepada seluruh hamba-Nya yang mau berusaha. Rezeki yang Allah turunkan tidak hanya berada di wilayah tertentu saja, tapi di segala penjuru dunia.. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Mulk ayat 15:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Dialah yang menjadikan untuk kamu bumi yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Hal yang perlu dipahamkan dan ditanamkan dalam diri manusia bahwa sesungguhnya Allah telah menjamin rejeki setiap makhluk-Nya, dan tidak akan tertukar ataupun salah alamat.
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ (هود: ٦)
“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin oleh Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS Hud: 6).
Hal ini perlu benar-benar diyakini, karena tidak sedikit yang memiliki anggapan bahwa seseorang dapat menghalangi rezeki orang lain, misalnya dalam persaingan bisnis, jabatan, atau karir politik dan sebagainya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ رُوْحَ الْقُدْسِ نَفَثَ فِي رُوْعِيْ أَنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ (رواه الحاكم والبيهقي وأورده القضاعي في مسند الشهاب بلفظه)
“Sesungguhnya Jibril menyampaikan wahyu ke hatiku bahwa seseorang tidak akan mati sehingga menyempurnakan rezekinya, maka bertakwalah kepada Allah dan carilah rezeki dengan cara yang baik” (HR al-Hakim, al-Baihaqi, dan disebutkan oleh al-Qudha’i dalam Musnad asy Syihab dengan lafaznya).
Sebenarnya yang paling penting ketika kita telah memiliki harta adalah bagaimana cara memanfaatkannya untuk perkara yang halal. Sebagian dipergunakan untuk pemenuhan hidup sehari-hari; sebagian disimpan sebagai cadangan kebutuhan keluarga atau untuk diwariskan, dan yang lebih penting lagi adalah dibelanjakan sebagai amal untuk bekal akhirat.
Demikian khutbah siang ini, Selanjutnya diharapkan agar kita memiliki optimisme untuk lebih bersemangat menjalani kehidupan dengan sikap husnuzhan kepada Allah serta etos kerja yang tinggi dalam menjemput rejeki dari Allah SWT.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ،
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.