Naskah Khutbah Jumat Dewan Dakwah BantulEdisi 020/Tahun III/2023
Ingin mendapatkan materi Khutbah Jumat?
🟢 Group WhatsApp 2️⃣ : https://chat.whatsapp.com/JwOZ6ZelLUx5BTam0cYhFn
🔵 Naskah lengkap dari awal bisa dibuka di Channel Telegram : https://t.me/khutbah_DDII_Bantul
REFORMASI DIRI
Oleh: ust. Muslih A. Karim
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَاذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ .أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ .قَالَ الله تَعَالَى أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ .يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Islam adalah agama yang solutif, artinya senantiasa memberi jalan keluar atas problem kehidupan. Setiap mengalami permasalahan dan membahayakan eksistensi hidupnya, Islam hadir mengatasi dengan tanpa meninggalkan sisa keburukan. Allah SWT berfirman:
اللّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُواْ يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوُرِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ أَوْلِيَآؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ ﴿٢٥٧﴾
“Allah adalah pemimpin bagi orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pemimpinnya adalah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya (iman) kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (QS al Baqarah: 257)
Dalam sejarah pertumbuhan Islam telah banyak diketahui umum bahwa masyarakat Arab waktu itu dikenal dengan jaman jahiliyah. Berbagai kebiasaan buruk dilakukan manusia tanpa kecuali. Mulai dari budaya teller karena minuman memabukkan, suka berjudi, suka berperang, fanatisme kabilah atau kesukuan yang sempit; bahkan menyembah berhala dalam berbagai bentuknya. Seolah-olah kehidupannya menjadi gelap gulita, tanpa cahaya.
Begitu Islam datang, maka hal itu digantikan dengan cahaya yang terang benderang. Masyarakat yang semula berpecah belah dipersatukan dalam naungan ‘bendera keimanan’
لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً مَّا أَلَّفَتْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٦٣﴾
Sekiranya kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al Anfal : 63)
Hal ini mirip dengan situasi negeri kita, Indonesia. Kondisi terjajah selama ratusan tahun dalam suasana berpecah belah, kemudian atas rahmat Allah SWT dapat bersatu padu mengikatkan diri sebagai sebuah bangsa, yang kemudian berproses hingga lahirnya sebuah Negara bernama NKRI.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Islam mengajarkan agar hidup ini terus diperbarui, dan jangan menyerah dengan keadaan. Kita semua sebagai pribadi ataupun sebagai bagian dari masyarakat atau bangsa di dunia harus memiliki kesadaran diri untuk melakukan perbaikan diri.
Semangat reformasi dan kebangkitan nasional harus kita tumbuhkan. Allah SWT mengingatkan bhwa nasib hidup setiap orang tidak akan mengalami perubahan hingga diri sendirinya yang melakukan perubahan. Hal ini sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءاً فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ ﴿١١﴾
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS Ra’du: 11)
Perbaikan dalam diri yang dimaksud adalah pola pikir, cara pandang atau mindset !
Suasana ataupun kondisi yang kita hadapi, bahkan missal dalam keadaan yang buruk – jangan dikutuk atau disesali, tetapi hal itu sebagai satu ujian: bagaimana kita akan bersikap dan melakukan perbuatan.
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً ﴿٧﴾
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS al Kahfi: 7)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kita hidup berada dalam berbagai situasi dan kondisi. Pada sisi lain kita dibekali dengan hati, akal dan hawa nafsu. Semuanya sebagai modal untuk mengarungi kondisi itu.
Apabila kita berada dalam suatu lingkungan yang sudah baik, maka bersyukurlah akan kebaikannya. Tetapi billa lingkungan kita buruk, kebiasaan dan budaya masyarakatnya rusak; maka hendaknya kita hidari, jangan diikuti dan bahkan harus dicegah atau dihentikan. Rasulullah SAW bersabda
لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ: إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا، وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا، وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا، وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا
“Janganlah kalian menjadi orang yang suka ikut-ikutan, yang berkata, “Jika orang-orang berbuat baik, maka kami juga akan berbuat baik. Dan jika mereka berbuat zhalim, maka kami juga akan berbuat zhalim.” Akan tetapi mantapkanlah (kuatkanlah) hati kalian, jika manusia berbuat baik kalian juga berbuat baik, namun jika mereka berlaku buruk, janganlah kalian berbuat dhalim.” (HR: Tirmidzi).
Dalam al-Qur’an juga kita diingatkan:
وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللّهِ إِن يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُونَ ﴿١١٦﴾
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS Al An’am: 116)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Allah SWT juga memberikan dorongan bagaimana semestinya dalam hidup ini setiap orang untuk berlomba-lomba melakukan kebaikan.
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٤٨﴾
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS Al Baqarah 148)
Dalam hidup ini kita hendaknya memiliki dorongan untuk melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:
وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ath-Thabarani )
Hidup seorang mukmin hendaknya selalu dipenuhi dorongan untuk memperbanyak kebaikan (amal shaleh); sehingga dia mendapatkan banyak manfaat, tidak merugikan orang lain. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan (orang lain) merasa aman dari kejelekannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2263).
Dari hadits ini cukup jelas, bagaimana perbuatan orang mukmin senantiasa menghadirkan keamanan dan ketentraman bagi orang lain. Jangan sampai sebaliknya; yang justru kita menjadi pribadi yang ditolak dan dibenci orang, karena perbuatannya merugikan masyarakat. Hal itu bisa terjadi manakala orang lain merasa cemas, takut dan terancam atas perbuatan kita.
Demikian khutbah siang ini semoga bermanfaat, dan kita dapat melakukan reformasi (perbaikan) diri menjadi pribadi yang dapat membawa kemanfaatan, serta mampu menciptakan ketentraman dan keamanan bagi orang lain di sekeliling kita. Amiin
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.