Naskah Khutbah Jumat Dewan Dakwah BantulEdisi 037/Tahun III/2023
Ingin mendapatkan materi Khutbah Jumat?
🟢 Group WhatsApp : https://chat.whatsapp.com/GYrsFLncgFdBP0NyCIGYe2
🔵 Naskah lengkap dari awal bisa dibuka di Channel Telegram : https://t.me/khutbah_DDII_Bantul
Hidup Sederhana
Oleh : Ust. Muslih Abdul Karim
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَاناً مَّعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيماً حَكِيماً .أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّا بَعْدُ ,فَيَا عِبَادَ الله اُوْصِيْنِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ, يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Saat ini kita hidup di zaman yang penuh dengan fitnah, yaitu tersebar luasnya berbagai tantangan, ancaman dan madharat dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu fitnah yang harus kita waspadai adalah fitnah syahwat, yaitu dorongan hawa nafsu untuk memenuhi gaya hidup yang bermewah-mewah, glamour, mengumbar kesenangan hidup yang mengarah kepada sifat hedonis. Mengejar kenikmatan secara instan.
Mungkin saat ini sudah dianggap biasa adanya fenomena memamerkan kemewahan hidup dalam bentuk kepemilikan barang mahal dan selalu berganti-ganti mode, yang diperilhatkan masyarakat, baik secara langsung dalam pergaulan sehari-hari ataupun melalui media sosial. Ada dalam bentuk pakaian, perhiasan, jenis makanan, kendaraan, kepemilikan rumah, rekening bank, hobby piknik di tempat wisata populer dan lain sebagainya.
Ajaran Islam memperingatkan kaum Muslimin dari gaya hidup semacam itu karena orang yang hidup bermewah-mewah itu akan cenderung melalaikan kewajiban utama untuk beribadah yang semestinya hanya melakukan perbuatan untuk mencari ridho Allah saja. Al-Qur’an mengingatkan:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ١ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ٢
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (Qs. At Takatsur: 1-2)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Islam menganjurkan gaya hidup sederhana dan zuhud terhadap gemerlap hidup duniawi, dan harus mengendepankan akhlak dalam pergaulan masyarakat.
وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمٗا ٦٣
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (Qs. Al Furqan: 63)
Megapa gaya hidup mewah dikecam? Sebab seringkali terjadi orang yang demikian sikapnya mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka merasa sudah kecukupan dan bisa melakukan apa saja. Dengan hartanya, tidak membutuhkan agama.
ٱلَّذِي جَمَعَ مَالٗا وَعَدَّدَهُۥ ٢ يَحۡسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخۡلَدَهُۥ ٣
“orang yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya,” (Qs. Al Humazah: 2-3)
Ayat lain mengungkapkan tentang sebab siksaan dan kesengsaraan ash-habusy syimaal atau golongan kiri besok di akhirat,
إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَبۡلَ ذَٰلِكَ مُتۡرَفِينَ ٤٥ وَكَانُواْ يُصِرُّونَ عَلَى ٱلۡحِنثِ ٱلۡعَظِيمِ ٤٦
“Sesungguhnya mereka sebelum itu (dahulu) hidup bermewah-mewah, dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar,” (Qs. Al-Waqi’ah: 45-46)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dalam satu hadits Nabi SAW bersabda bahwa berkimpahnya harta kekayaan justru menjadi penyebab kehancuran masa depan.
فَوَاللَّهِ ما الفَقْرَ أخْشَى علَيْكُم، ولَكِنِّي أخْشَى أنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كما بُسِطَتْ علَى مَن كانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كما تَنَافَسُوهَا، وتُهْلِكَكُمْ كما أهْلَكَتْهُمْ.
“Demi Allah ! Bukanlah kefakiran yang paling aku khawatirkan atas diri kalian, namun aku mengkhawatirkan dilapangkannya dunia buat kalian sebagaimana dunia ini telah dilapangkan bagi orang-orang sebelum kalian sehingga kalian saling bersaing satu sama lain sebagaimana dahulu mereka saling bersaing dan hal itu akan membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka.” (HR. Muslim)
Demikian juga dalam hadits lainnya Nabi SAW bersabda,
كُلُوا وَاشْرَبُوا، وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا، مَا لَمْ يُخَالِطْهُ إِسْرَافٌ أَوْ مَخِيلَةٌ
“Makanlah kalian dan minumlah, dan bersedekahlah serta berpakaianlah selama tidak dicampuri dengan sikap berlebihan dan kesombongan.” (HR. Ibnu Majah)
Dari hadits ini cukup jelas bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan kesederhanaan atau proporsionalitas dalam perkara makan, minum, dan berpakaian. Bahkan juga dalam berinfak sebagaimana disebut dalam surat Al-Furqan: 67,
وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا ٦٧
“Dan orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar,”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kecaman Islam terhadap sikap hidup mewah bukan berarti mengharamkan berbagai nikmat dan kebaikan yang dihalalkan Allah; tetapi maksudnya adalah agar bersikap sederhana dalam membelanjakan harta dan hati tidak tergantung atau cenderung kepada berbagai macam kenikmatan tersebut.
Hal ini sebagaimana dalam hadits dari Abu Sa’id al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda,
– إنَّ اللهَ جميلٌ يحبُّ الجمالَ ، و يحبُّ أن يَرى أثرَ نعمتِه على عَبدِه ، و يُبغِضُ البُؤسَ و التَّباؤُسَ
”Sesungguhnya Allah itu Mahaindah dan mencintai keindahan. Allah suka untuk melihat pengaruh atau bekas nikmat-Nya atas hamba-Nya. Dan Allah membenci kedekilan dan memperlihatkan kedekilan.” (HR. Al-Baihaqi)
Selanjutnya, agar kita selalu ingat hakikat kehidupan dunia ini, kita dibimbing dengan doa yang sangat indah, yaitu:,
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لي دِينِي الذي هو عِصْمَةُ أَمْرِي، وَأَصْلِحْ لي دُنْيَايَ الَّتي فِيهَا معاشِي، وَأَصْلِحْ لي آخِرَتي الَّتي فِيهَا معادِي
“Ya Allah! Perbaikilah untukku agamaku yang merupakan pelindung urusanku dan perbaikilah untukku duniaku yang penghidupanku ada di dalamnya, dan perbaikilah akhiratku yang di sanalah tempat kembaliku.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Berpegang teguh dengan sikap pertengahan dalam masalah harta bukanlah perkara mudah, karena harta itu bisa memperdaya orang dari dua arah, yaitu: boros yang melampaui batas, dan bakhil, kikir alias pelit kepada sesama. Allah Ta’ala berfirman,
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ ࣖ – ٣١
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (Qs. Al-A’raf: 31)
Inilah kesederhanaan dalam Islam. Meskipun memiliki harta yang banyak dan berlimpah, tetapi tidak boros dalam berbelanja, dalam memenuhi unsur kehidupan seluruhnya seperti pakaian, perabot rumah tangga, kendaraan dan seterusnya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Membelanjakan harta dan hidup secara berlebihan sungguh merupakan perilaku tercela, dan akan jatuh pada status mubadzir, yang para pelakunya disebut telah berkawan dengan setan.
… وَلَا تُبَذِّرۡ تَبۡذِيرًا ٢٦ إِنَّ ٱلۡمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخۡوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِۖ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورٗا ٢٧
“dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Qs. Al Isra’: 26-27)
Demikian khutbah pada hari ini, semoga kita bisa menjalani pola hidup sederhana dan jangan melampaui batas.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ .رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.