Lika-liku Keikhlasan – Khutbah Jumat Bahasa Jawa

Naskah Khutbah Jumat Dewan Dakwah BantulEdisi 046/Tahun II/2022

Ingin mendapatkan materi Khutbah Jumat?

🟢 Group WhatsApp 4️⃣ : https://chat.whatsapp.com/HuyMTmy9wVn2vdG1HRQMSw

🔵 Naskah lengkap dari awal bisa dibuka di Channel Telegram : https://t.me/khutbah_DDII_Bantul

💻 Naskah lengkap dari awal : https://drive.google.com/drive/folders/11ZcffhlMqe-KdNXEshz1UUOhQ4Ik132l?usp=sharing

Lika-liku Keikhlasan
Oleh: Ust Saiful Bahri, S.Ag

Khutbah Pertama

اْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ
وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Sesungguhnya hidup ini dengan seluruh bentuk perbuatan kita adalah ibadah, sebab kita diciptakan menjadi makhluk ini kedudukannya sebagai hamba Allah, sebagaimana firman-Nya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Qs Adz Dzariyat: 56)

Dalam beribadah ini hendaknya hanya ditujukan kepada Allah secara ikhlas, tidak dicampuri dengan maksud lainnya.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah [98]: 5).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Agama ini dibangun di atas dasar realisasi ibadah yang merupakan tujuan manusia diciptakan. Sementara hakikat ibadah itu sendiri tidak akan ada kecuali disertai dengan keikhlasan.

Ikhlas mempunyai pengertian:
اَلْإِخْلاَصُ هُوَ تَجْرِيْدُ قَصْدِ التَّقَرُّبِ اِلَى اللهِ تَعَالَى عَنْ جَمِيْعِ الشَّوَاهِبِ
Ikhlas adalah memurnikan tujuan taqarrub kepada Allah ta’âlâ dari segala hal yang mencampurinya.

Oleh karena itu, ikhlas menduduki posisi kunci dalam semua kegiatan kita. Ikhlas, bermakna berbibadah, beramal hanya karena ingin mengharap ridha Allah. Seperti firman-Nya:

وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
“Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS An-Nisa’ [4]: 114).

Dalam aqidah, ikhlas bermakna bersih dari syirik. Sebagaimana firman-Nya:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku, “Bahwa sesungguhnya Tuhan kalian itu adalah Rabb Yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS Al-Kahfi [18]: 110).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Keikhlasan ini perlu dilatih, dimulai dengan memasang niat dalam hati setiap akan melakukan perbuatan. Sebab niat yang keliru akan mengakibatkan amalnya salah sasaran dan tidak mendapatkan balasan pahala dari Allah swt.

Dalam hadits dari Umar bin Khathab r.a. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung dengan niatnya. Dan setiap orang tergantung atas apa yang ia niatkan.”

Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Makna al-a’malu bin niyat adalah amalan itu menjadi baik atau rusak, diterima atau ditolak, diberi pahala atau tidak, tergantung niatnya. Jadi, hadits ini menjelaskan tentang hukum syar’iat, yaitu baik buruknya suatu amalan tergantung baik dan buruknya niat.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Para ulama memberikan nasehat kepada kita tentang bagaimana hakikat keikhlasan. Diantaranya ada yang mengatakan, “Orang yang ikhlas adalah orang yang dapat merahasiakan kebaikannya, sebagaimana ia merahasiakan keburukannya.”

Fudhail bin Iyadh mengatakan, “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’ dan beramal karena manusia adalah syirik. Dan ikhlas adalah apabila Allah menyelamatkan Anda dari keduanya.”

Imam Al Ghazali berkata, “Semua orang pasti akan binasa kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu pun akan binasa kecuali orang yang beramal. Orang yang beramal juga akan binasa kecuali orang yang ikhlas.”

Muhammad bin Ali At-Tirmidzi berkata, “Kesuksesan di akhirat itu bukan karena banyaknya amalan. Sesungguhnya kesuksesan di sana itu dengan mengikhlaskan amalan dan memperbaikinya.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ada contoh tentang keikhlasan, diantaranya:

Ikhlas seperti ketika Khalid bin Walid diberhentikan dari jabatannya sebagai panglima perang oleh Khalifah Umar bin Khattab, karena khawatir kultus individu dari umat. Khalid tetap berjuang ikut berperang bersama pasukan tanpa terpengaruh oleh perubahan jabatan. Ketika ditanya, mengapa tetap berjuang dengan sungguh-sungguh, padahal sudah tidak menjabat sebagai panglima perang lagi. Ia menjawab, “Saya berjuang bukan karena Umar, tapi karena Tuhannya Umar”.

Ada Riwayat menjelaskan, bahwa buyut Nabi saw yang bernama Ali bin Husain bin Ali, suka berderma kepada masyarakat dengan membawa sekarung roti di malam hari tanpa ada yang mengetahui. Masyarakat baru mengetahui sosok pemberi sedekah itu, ketika beliau meninggal. Sebab setelah kematiannya itu ternyata tidak ada lagi sedekah yang diterima oleh masyarakat.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ada beberapa Cara praktis untuk melatih ikhlas

Pertama, Beramal secara Rahasia
Janganlah semua amalan kita diketahui orang. Amalan fardhu umumnya orang lain mudah tahu, tetapi kalau amalan sunnah ada yang orang lain boleh tahu, ada pula yang perlu kita rahasiakan.

“Orang yang ikhlas itu puas dengan merahasiakan amalnya. Makin banyak amalan rahasia, makin dekat keikhlasan.

Kedua, Konsisten dalam kebaikan, baik dilihat orang ataupun tidak
Kalau ada orang jadi bagus, tapi kalau tidak ada orang beda lagi, berarti kita tidak mencari keridhaan Allah tapi masih sibuk dengan penilaian orang.

Allah selalu ada! Allah bersama kita di mana pun berada dan Allah maha melihat apapun yang kita kerjakan

Ketiga, Tidak Ingin Dipuji, Tidak Takut Dicaci
Kita perlu melatih diri dengan sifat ‘kebal’ terhadap pujian dan cacian. Bagi orang yang kurang ikhlas, kalau dipuji jadi semangat. Kalau tidak dipuji, jadi malas. Sedangkan kalau dicaci, patah semangat. Bagi orang yang ikhlas, tidak akan berpengaruh. Nggak ngefek!

Bahkan, pujian itu jauh lebih bahaya aslinya daripada cacian. Sebab, dengan adanya pujian kadang menjadikan orang jadi lupa diri, takabur dan merendahkan pihak lain. Padahal sebenarnya sisi kelebihan yang dimiliki hanya sedikit, sementara kekurangan dirinya jauh lebih banyak.

Sedangkan orang yang dicaci kadang justru akan memperoleh manfaat untuk melihat kekurangan dirinya, kemudian berusaha memperbaiki diri

Keempat, Jangan Ingin Diperlakukan istimewa karena merasa punya jasa atau kelebihan
Kadang orang ingin diperlakukan spesial atau dihargai karena suatu jasa, kontribusi atau prestasi kita. Kita beribadah agar Allah ridha pada kita. Janganlah kita tamak untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain pula.

Sebenarnya, orang lain memberi pujian dan menghormati kita karena dua hal. Pertama, karena Allah masih menutupi aib, dosa, dan maksiat kita. Kedua, Allah menguji berupa bungkus penampilan, casing, berupa —harta, gelar, pangkat, jabatan, popularitas, penampilan, kedudukan—sehingga dalam pandangan orang lain, kita masih kelihatan baik. .

Demikian khutbah siang ini semoga kita dapat melatih diri untuk ikhlas dalam beramal. Amiin

بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتُهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ
لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
اَلَّلهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَ أَصْلِحْ لَناَ دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآإِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآإِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَطَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ.
والحمد لله رب العالمين

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*