Naskah Khutbah Jumat Dewan Dakwah BantulEdisi 033/Tahun II/2022
Ingin mendapatkan materi Khutbah Jumat?
🟢 Group WhatsApp 4️⃣ : https://chat.whatsapp.com/HuyMTmy9wVn2vdG1HRQMSw
🔵 Naskah lengkap dari awal bisa dibuka di Channel Telegram : https://t.me/khutbah_DDII_Bantul
💻 Naskah lengkap dari awal : https://drive.google.com/drive/folders/11ZcffhlMqe-KdNXEshz1UUOhQ4Ik132l?usp=sharing
Mensyukuri Kemerdekaan
Oleh: Ust. Ahmad Fikri Zainal
Khutbah Pertama
الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ
أَمَّا بَعْدُ فَياَعِبَادَ اللهِ. أُصِيْكُمْ وَإَيّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah memberi kita berbagai macam kenikmatan, hingga saat ini kita masih diberikan kesehatan dan umur panjang; dan bisa menghadiri ibadah shalat Jumat di masjid yang mulia ini. Semoga dengan kesyukuran tersebut, Allah berkenan semakin menambah karunia-Nya kepada kita semua. Amiin
Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad Saw beserta keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya yang setia menjalani sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman.
Selanjutnya, perkenankan selaku khatib saya mengajak kepada seluruh hadirin untuk senantiasa meningkatkan iman dan ketakwaan kepada Allah, dengan melaksanakan perintah serta menjauhkan diri dari segala yang dilarang-Nya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Sesungguhnya banyak nikmat yang Allah berikan kepada umat-Nya, hingga kita tidak akan mampu untuk menghitung jumlahnya. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah an Nahl ayat 18 :
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Salah satu nikmat yang kita rasakan pada saat ini adalah nikmat kemerdekaan, yang dengan itu kita memiliki kebebasan untuk melakukan berbagai keinginan dan kebutuhan hidup, tanpa ada bayang-bayang ketakutan karena intimidasi dan kedzaliman para penjajah.
Baru saja kita bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaannya yang ke-77; kita membuka kembali lembaran-lembaran sejarah bangsa ini, akan menemukan jejak Islam di setiap lembarannya. Jejak perjuangan kaum muslimin dan para ulama yang menentang penindasan dan meraih kemerdekaan ini. sebutlah misalnya: Tuanku Imam Bonjol, Sultan Hasanuddin, Pangeran Diponegoro, dan sebagainya.
Perjuangan kemerdekaan tersebut telah ada jauh sebelum terbayangnya sebuah komunitas (negara) bernama Indonesia. Jadi jelas, bahwa hari kemerdekaan yang hingga saat ini kita rasakan dan hari ini kita peringati, merupakan berkat rahmat Allah. Oleh sebab itu kita semua harus mensyukuri berkah atau nikmat Allah ini dengan sebaik-baiknya..
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Mensyukuri kemerdekaan adalah dengan mengisinya melalui pembangunan dalam segala bidang kehidupan, agar bangsa ini bisa hidup sejahtera kuat dan mampu hidup setara bersama bangsa lain di dunia. Bagaimana cara mengisi kemerdekaan ini?.
Cara Pertama, mensyukuri secara sungguh-sungguh dan sepenuh hati atas anugerah kemerdekaan negara kita dari belenggu penjajahan. Tanpa adanya kemeerdekaan, maka kita tidak mungkin melakukan secara bebas apa yang menjadi kebutuhan dan berbagai kewajiban hidup kita.
Mensyukuri berarti mengungkapkan rasa terimakasih kepada para pejuang yang telah berkorban memperebutkan kemerdekaan negeri ini, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
وَمَنْ لاَيَشْكُرِ النَّاسَ لاَيَشْكُرِ اللهَ
“Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah.” [H.R Ahmad dan Baihaqi].
Berterimakasih dan juga mendoakan dengan tulus hati, agar seluruh amal perjuangannya diterima, dan diampuni segala khilaf dan salahnya.
Selanjutnya kita harus mensyukurinya dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, sebab kemerdekaan ini adalah anugerah dari-Nya, sebagaimana pernyataan bangsa ini dalam pembukaan UUD-1945 bahwa kemerdekaan ini adalah berkah dan rahmat dari Allah yang Mahakuasa.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Kita sebagai sebuah bangsa harus menguatkan nilai nilai keagamaan dari sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana tercntum dalam sila pertama Pancasila : “Ketuhanan yang Maha esa.
Al-Imam Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumud Din, mengatakan: “Kekuasaan (negara) dan agama merupakan dua saudara kembar. Agama adalah landasan, sedangkan kekuasaan adalah pemelihara. Sesuatu tanpa landasan akan roboh. Sedangkan sesuatu tanpa pemelihara akan lenyap.”
Pernyataan Al-Ghazali ini seolah ingin menegaskan bahwa ada hubungan simbiosis yang tak terpisahkan antara agama dan negara. Bukannya bertentangan, keduanya justru hadir dalam keadaan saling menopang, menguatkan.
Negara membutuhkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam agama, sementara agama memerlukan “rumah” yang mampu merawat keberlangsungannya secara aman dan damai..
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Cara Kedua, mencintai negeri ini dengan memperhatikan berbagai kemaslahatan dan kemudharatan untuk menjaga kelestarian hidup bangsanya. Segala upaya yang memberikan manfaat bagi rakyat luas kita dukung, sementara yang merugikan masyarakat banyak kita tolak.
Sebaliknya, mencegah mudharat berarti menjauhkan bangsa ini dari berbagai marabahaya, seperti bencana, korupsi, kriminalitas, dan lain sebagainya. Inilah pengejawantahan dari sikap amar ma’ruf nahi munkar dalam pengertian yang luas.
Ajakan kebaikan dan pengingkaran terhadap kemungkaran dipraktikkan dalam konteks pembangunan masyarakat. Tujuannya, menciptakan kehidupan yang lebih harmonis, adil, dan sejahtera.
Bila di setiap peringatan kemerdekaan banyak diadakan acara perlombaan dalam bentuk aneka permainan; hal itu sebagai sarana hiburan dan suka-cita. Maka selanjutnya kita harus ingat, bagaimana dalam kehidupan nyata sebenarnya kita juga harus berlomba meraih prestasi yang terbaik.
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٤٨﴾
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Qs. Al Baqarah: 148)
Kita dituntut untuk memberikan kontribusi terbaik bagi negeri ini. apa yang bisa kita sumbangkan untuk memajukan negeri ini. bukan berpikir “apa yang bisa kita ambil dari negeri ini.” Itulah bentuk konkrit dari cinta pada negara.
Semoga tema HUT RI ke 77 “Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat” bisa terealisir dalam kehidupan ini.
Demikianlah khutbah siang hari ini, semoga kita selalu diberikan bimbingan, kekuatan dan perlindungan untuk dapat menjaga iman takwa semakin baik, sehingga dapat menjadi bagian dari upaya mewujudkan kehidupan masyarakat yang dilimpahi berkah menuju negeri yang aman, adil dan makmur : sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Amiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فىِ اْلقُرأنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الاٰيَاتِ وَالذِّكْرَ اْلحَكِيْمِ، وَ تَقَبَّلَ مِنيِّ وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الَسمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ، وَاْلعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلَّا عَلىَ الظَّالِمِيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ الِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، الملِكُ اْلحَقُّ اْلُمبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اْلَمبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالمِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَاأَيُّهاَالْإِخْوَانُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَلَّلهُمَ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ اْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، اَلأَحْيَاِء مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ، فَيَاقَاضِيَ اْلحَاجَاتِ.اَلَّلهُمَ إِنَّانَسْأَلُكَ اْلهُدَى وَالتُّقَى وَاْلعَفَافَ وَاْلغِنىَ.
رَبَّناَ هَبْ لَناَ مِنْ أَزْوَاجِناَ وَذُرَّيَّاتِناَ قُرَّةً أَعْيُنٍ وَاجْعَلْناَ لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَاماً. رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ اْلوَهَّابُ.
رَبَّناَاٰتِناَ فِي الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِى اْلأٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعَزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلىَ اْلمُرْسَلِيْنَ، وَاْلحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ