Naskah Khutbah Jumat Dewan Dakwah BantulEdisi 030/Tahun II/2022
Ingin mendapatkan materi Khutbah Jumat?
🟢 Group WhatsApp 4️⃣ : https://chat.whatsapp.com/HuyMTmy9wVn2vdG1HRQMSw
🔵 Naskah lengkap dari awal bisa dibuka di Channel Telegram : https://t.me/khutbah_DDII_Bantul
💻 Naskah lengkap dari awal : https://drive.google.com/drive/folders/11ZcffhlMqe-KdNXEshz1UUOhQ4Ik132l?usp=sharing
HIJRAH : MENUJU TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI
Oleh: Ust. Joko Winarno, S.Kom
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْـدُ
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ .قَالَ اللهُ تَعَالَى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang senantiasa melimpahkan rahmah, menebarkan barokah dan menganugerahkan hidayah sehingga kita masih setia dan tunduk pada perintah Allah untuk menghadiri ibadah Jum’ah.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya hingga akhir zaman. Dengan ajaran Islam inilah beliau telah membimbing kita keluar dari kegelapan hidup menuju cahaya yang terang benderang.
Selanjutnya, marilah kita ikhlaskan diri kita untuk melaksanakan perintah-perintah Allah, dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Taqwa dimanapun dan bagaimanapun kondisi dan situasinya, taqwa dalam segala situasi, baik ketika longgar maupun sempit, sehat maupun sakit, sepi maupun ramai, sendirian maupun berjamaah, karena kemuliaan hanya dengan ketaqwaan.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ
Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa diantara kalian. (QS. Al-Hujurat ayat 13)
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Hari ini kita berada di penghujung tahun 1443 Hijriyah, dan besok kita umat Islam memasuki penanggalan baru tahun 1444 Hijriyah.
Setiap pergantian waktu sangat baik bila kita pergunakan sebagai momentum muhasabah dan wasilah perbaikan dalam semua konteks kehidupan, baik pribadi, keluarga, ataupun masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam Al Qur’an kita diperintahkan untuk mengambil pelajaran dari masa lalu:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ١٨
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” [Surat Al-Hasyr: 18]
Sesungguhnya masa lalu adalah lembaran-lembaran sejarah yang menyimpan segudang pelajaran dan hikmah. Hijrah dalam catatan sejarah masa lampau, terdapat pelita yang menyinari jalan orang yang ingin mencari dan menggenggam kebenaran di masa-masa berikutnya.
Lembaran sejarah umat Islam tempo dulu telah mencatat masa-masa kejayaan dan kegemilangan yang diraih kaum muslimin. Namun demikian banyak peristiwa mengharukan turut mewarnai perjalanan hidup mereka. Begitu pula pengorbanan, kegigihan dalam menegakkan agama Allah, peperangan melawan musuh-musuh Allah dan lain sebagainya, turut juga menghiasi sepak terjang perjuangan mereka.
Di antara sekian banyak peristiwa bersejarah dan paling berpengaruh bagi perkembangan dakwah Islamiyyah adalah hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Makkah menuju Madinah Al- Munawwarah. Kita sebagai kaum muslimin yang hidup saat ini, sangat perlu menjadikan peristiwa hijrah sebagai momentum untuk bangkit dari keterpurukan dalam berbagai bidang kehidupan. Peristiwa hijrah hehdaknya menjadi pelecut bagi kita untuk bangkit, meraih kejayaan dan kegemilangan masa depan.
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Mengenang kembali saat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam., keluarga, dan para sahabatnya pada awal dakwah Islam, tentunya akan membuat hati sangat terharu, trenyuh. Di tengah rintangan dan ancaman dari orang kafir Mekah, mereka tetap tabah, kokoh dan bertahan. Lalu, masa kegemilangan mulai hadir sewaktu mereka berhijrah ke Madinah.
Dalam Sebuah riwayat disebutkan bahwa pidato pertama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat tiba di Madinah (yaitu setelah hijrah dari Mekah); menjadi panduan umum bagaimana kepribadian orang beriman dalam kehidupan masyarakat. Beliau bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَفْشُوْا السَّلَامَ ، وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ ، وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ .
‘Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturrahim, shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan sejahtera.” (HR at-Tirmidzi dan lainnya)
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Dari sabda Rasulullah ini kita bisa memetik nilai-nilai ketakwaan sebagai panduan dalam mewujudkan masyarakat madani. Masyarakat madani adalah masyarakat yang harmonis dan seimbang, baik secara lahir maupun batin, juga dalam hubungan vertikal kepada Al-Kholiq dan horizontal sesama umat manusia secara adil dan menegakkan nilai kesetaraan hak maupun kewajiban.
Berdasar hadits tersebut, terkandung empat prinsip bagi terwujudnya kehidupan masyarakat yang beradab, yang kemudian disebut masyarakat Madani. Keempat prinsip ini menjadi prasyarat sekaligus ciri yang menghiasi kehidupan umat Islam, yaitu :
Pertama, Masyarakat yang berkasih sayang dan menebarkan perdamaian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk أَفْشُوْا السَّلَامَ, menyebarkan kedamaian. Islam adalah agama yang secara bahasa berarti kedamaian dan keselamatan. Nilai dan ajaran Islam mengajak kita untuk menjadi manusia yang cinta kedamaian, jauh dari sikap permusuhan, amarah penuh kebencian, apalagi kekerasan di luar batas kemanusiaan.
Kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di kota Yatsrib ternyata membawa perubahan yang sangat besar bagi perkembangan Islam. Paling tidak, beliau berhasil menjadi juru damai bagi dua suku asli penduduk Yatsrib, yaitu suku Aus dan Khazraj. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. mempersaudarakan, menyatukan, dan mendamaikan mereka dengan ikatan iman dan Islam serta persaudaraan Islamiyah. Sehingga terhapuslah di hati mereka sikap fanatisme kesukuan yang sempit. Sementara itu, para pendatang Muhajirin juga mulai mewarnai aktivitas di kota itu dengan perdagangan. Tak lama kemudian, kaum Muhajirin mampu menggeser dominasi ekonomi dan perdagangan kaum Yahudi.
Imam an-Nawawi dalam Syarah Sahih Muslim menjelaskan bahwa ucapan salam bukan sekedar kata-kata, namun mengandung arti menebarkan perdamaian, kasih sayang dan kerukunan terhadap sesama, baik kepada keluarga, tetangga, maupun terhadap sesama Muslim.
Hadis tersebut memberikan pelajaran kepada kita bahwa tidak diperkenankan bagi seorang Muslim untuk membenci dan menghujat sesama Muslim, menyebarkan permusuhan, menebarkan ujaran kebencian dan memutuskan tali persaudaraan.
Maka sungguh kaum muslimin sejatinya dan semestinya, dituntut untuk menunjukkan hasil dari ibadahnya dalam perilaku kehidupan sehari-hari ini dalam bentuk menciptakan kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan. Tidak ada satu pun yang khawatir atau terancam dari perilakunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
“Seorang muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah “ (HR. Al-Bukhari)
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Kedua, Masyarakat Peduli dan Berbagi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan dengan nasehatnya: وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ, berikanlah makanan. Hal ini merupakan praktek hidup nyata, bagaimana berbagi kepada sesama yang lebih membutuhkan.
Selain kita diwajibkan untuk mengeluarkan nafkah untuk keluarga, atau mengeluarkan zakat atas harta, Nabi menganjurkan kepada kita untuk bersedekah, terutama bagi orang-orang yang membutuhkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنَ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنَ النَّارِ
“Orang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka.” [HR. at-Tirmidzi]
Sikap dermawan tumbuh dari penghayatan seseorang tentang iman dan tauhid kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sehingga muncul sikap tawakkal dan berserah diri kepada Allah, secara otomatis muncul sikap percaya bahwa Allah adalah pemberi rezeki.
Ketiga, Menjalin silaturrahim dan persaudaraan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ atau menyambung dan memperkuat jalinan silaturahim, yaitu menjadi masyarakat bersinergi, tolong menolong dan saling menguatkan. Memang makna silaturahim secara khusus dalam khasanah islam adalah menguatkan hubungan kekerabatan, namun bisa juga dimaknai secara lebih umum dalam bentuk menguatkan hubungan antara tetangga, sahabat, lingkungan dan semua unsur kemasyarakatan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS Al Maidah : 2)
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ حَاسَبَهُ اللَّهُ حِسَابًا يَسِيرًا وَأَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِهِ قَالُوا: لِمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: تُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ، وَتَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ، وَتَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ» قَالَ: فَإِذَا فَعَلْتُ ذَلِكَ، فَمَا لِي يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: أَنْ تُحَاسَبَ حِسَابًا يَسِيرًا وَيُدْخِلَكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِهِ
“Tiga hal yang menjadikan seseorang akan dihisab Allah dengan mudah dan akan dimasukkan ke surga dengan Rahmat-Nya.”
Sahabat bertanya, bagi siapa itu wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Nabi bersabda: Engkau memberi orang yang menghalangimu, engkau memaafkan orang yang mendzalimimu, dan engkau menjalin persaudaraan dengan orang yang memutuskan silaturrahim denganmu.
Sahabat bertanya, jika saya melakukannya, apa yang saya dapat wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Nabi bersabda: engkau akan dihisab dengan hisab yang ringan dan Allah akan memasukkanmu ke surga dengan rahmat-Nya.” [HR Al-Hakim]
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Keempat, Masyarakat Spiritual. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ, yaitu menunaikan sholat malam saat manusia tengah terlelap dalam gelapnya malam. Sholat malam menjadi sholat yang spesial karena dilakukan di waktu banyak orang beristirahat dan lalai dari berzikir kepada Allah. Sholat malam juga menjadi indikasi seseorang jauh dari riya’ dan pamer dalam beribadah, karena di waktu ini banyak orang beristirahat.
Imam Nawawi dalam Syarh Muslim menjelaskan mengenai hadits ini. Beliau rahimahullah mengatakan, Ini adalah dalil dari kesepakatan ulama bahwa shalat malam lebih baik dari shalat sunnah di siang hari. Beliau juga mengatakan bahwa shalat malam lebih baik dari shalat sunnah rawatib. Orang yang melakukan shalat malam dijamin masuk surga dan selamat dari adzab neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﻘِﻴَﺎﻡِ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ، ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺩَﺃْﺏُ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴْﻦَ ﻗَﺒْﻠَﻜُﻢْ، ﻭَﻫُﻮَ ﻗُﺮْﺑَﺔٌ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ، ﻭَﻣُﻜَﻔِّﺮَﺓٌ ﻟِﻠﺴَّﻴِّﺌَﺎﺕِ، ﻣَﻨْﻬَﺎﺓٌ ﻋَﻦِ ﺍْﻹِﺛْﻢِ
“Lakukanlah shalat malam oleh kalian, karena hal itu merupakan kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian. Ia pun dapat mendekatkan kalian kepada Rabb kalian, menghapus segala kesalahan dan mencegah dari perbuatan dosa.” [HR. Tirmidzi, Hadist hasan]
Demikianlah sebagian pelajaran penting sebagai “ruh” yang mewarnai peristiwa hijrah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umat Islam pada waktu itu.
Hijrah dihiasi dengan berbagai muatan kualitas iman dan mental ruhaniah yang utama, sehingga mendukung terbentuknya soliditas persatuan umat yang berasal dari berbagai latar belakang yang heterogen (majemuk). Itulah masyarakat Madani.
Kita sebagai pribadi ataupun masyarakat dan bangsa, sangat perlu menerapkan prinsip-prinsip ini bila menghendaki terwujudkan kehidupan yang selama ini kita cita-citakan bersama di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan hal ini menjadi momentum yang tepat di bulan Agustus nanti dalam rangka memperingati hari kemerdekaan negara Republik Indonesia ke-77.
Disinilah kita harus semakin menguatkan kontribusi kita bagi negeri tercinta ini
Demikian khutbah siang ini, semoga bermanfaat. Dan semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa melimpahkan rahmat dan berkahnya bagi kita. A-miin
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ وَ كَفَرَ. وَ اَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ حَبِيْبُهُ وَ خَلِيْلُهُ, سَيِّدُ الْإِنْسِ وَ الْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ, وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَ سَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
اَمَّابَعْدُ فَيَا عِبَادَ الله اِتَّقُوْا اللهَ وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمُعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا , اِنَّ اللهَ وَمَلَا ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ÷ اَللّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَ حَبِيْبِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اَلِه وَ سَائِرِ الصَّحَابَةِ وَ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانِ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَ الْبَلَاءَ وَ الْفَخْشَاءَ وَ الْمُنْكَرَ وَ الْقَحْطَ وَ الْوَبَاءَ وَ السُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَ الشَّدَائِدَ وَ الْاَمْرَاضَ وَ الْمِحَنَ وَ الْفِتَنَ , مَاظَهَرَ مِنْهَا وَ مَا بَطَنَ , مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً اِنَّكَ عَلىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَءُوْفُ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمٌ وَ تُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمٌ