ESENSI KEMERDEKAAN

Naskah Khutbah Jumat Dewan Dakwah BantulEdisi 033/Tahun III/2023

Ingin mendapatkan materi Khutbah Jumat?

🟢 Group WhatsApp 4️⃣ : https://chat.whatsapp.com/HuyMTmy9wVn2vdG1HRQMSw

🔵 Naskah lengkap dari awal bisa dibuka di Channel Telegram : https://t.me/khutbah_DDII_Bantul

ESENSI KEMERDEKAAN
Oleh: Ust Rahmat Safarudin

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ﴿٧﴾

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Baru saja kita merayakan peringatan HUT Kemerdekaan Negara Republik Indonesia ke -78, pada 17 Agustus kemarin. Kita semua wajib bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat kemerdekaan yang telah dianugerahkan kepada bangsa kita ini. Melalui perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa, Allah SWT berkenan mencurahkan rahmat-Nya berupa kemerdekaan setelah 3½ abad dijajah bangsa asing.

Syariat Islam memerintahkan kepada kita untuk senantiasa berterima kasih kepada sesama manusia atas berbagai kebaikan, keutamaan, dan peran mereka dalam kehidupan kita. Para pahlawan telah banyak berkorban demi kemerdekaan ini, maka sebagai ungkapan terimakasih kita, adalah dengan mendoakan mereka semoga seluruh amalnya mendapatkan ridho dari Allah SWT.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda,

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad dengan isnad sahih)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Berjuang melawan penjajah untuk membebaskan diri dari penindasan merupakan keharusan, karena pada dasarnya manusia hanya kepada boleh menghamba (memperbudak diri) kepada Allah SWT saja. Bukan untuk diperbudak atau ditindas, dikuasai maupun dihinakan oleh sesama manusia. Hal ini ditegaskan dalam Al Qur’an surat Adz-Dzariyat, ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”

Ayat ini sebagai prinsip pokok bahwa setiap orang atau bahkan sebuah bangsa memiliki hak dan harus merdeka. Tanpa kemerdekaan manusia akan terus menerus ditindas oleh orang lain hanya untuk melayani kepentingan mereka demi mewujudkan ambisi dan keserakahannya.

Hilangnya kemerdekaan manusia akibat penindasan dan penjajahan dari pihak lain mengakibatkan seseorang tidak bisa melakukan apa yang menjadi kebutuhan pokok; bahkan banyak kewajiban sebagai seorang makhluk di hadapan Allah tidak dapat ditunaikan; kebebasannya dikekang dan dirampas; hidup atau matinya pun ditentukan oleh sang penjajah. Maka berjuang dengan berperang melawan penjajah menjadi wajib hukumnya. Mereka yang gugur dalam perjuangan itu disebut para pahlawan atau syuhada’

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Saat ini kita telah hidup di alam kemerdekaaan, maka bagaimana kita memaknai nilai kemerdekaan yang sebenarnya? Bila kita memperhatikan sejarah Islam, kita akan tahu bahwa Rasulullah SAW adalah seorang tokoh agung pejuang pembebasan dan kemerdekaan. Beliau telah membebaskan umat manusia dari segala bentuk penjajahan dan penghambaan kepada sesama manusia ataupun berbagai berhala keduniawian.

Pada saat itu masyarakat menjadi hamba bagi hawa nafsunya sendiri. Mereka sesat dalam mencari arah dan tujuan hidup, tidak tahu bagaimana memenuhi kebutuhan jiwanya sehingga menyembah patung dan berhala yang dibuat sendiri. Golongan yang kuat bertindak sewenang-wenang dengan merebut atau merampas hak orang lain yang lemah. Golongan yang lemah terus tertindas dan terjajah. Kebodohan karena ketidaktahuan mana yang benar dan mana yang salah terus membelenggu mereka, sehingga jaman itu dikenal dengan zaman jahiliyah.

Diutusnya Rasulullah SAW untuk memerdekakan masyarakat dari segala bentuk penjajahan baik secara jasmani maupun rohani direalisasikan sepenuhnya dengan membentuk masyarakat Islam di Madinah yang kemudian menjadi model masyarakat madani. Model dan strategi perjuangan beliau ini kemudian menjadi acuan dalam membina sebuah negara yang merdeka dan berdaulat hingga saat ini.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Peringatan hari kemerdekaan sebenarnya mengajak kita untuk merenungkan, bagaimana peran kita dalam mengisi kemerdekaan ini. Ada setidaknya 3 hal yang harus dimiliki anak bangsa ini agar mampu melanjutkan tugas mengisi kemerdekaan sekaligus mewarisi semangat juang para pahlawan, yaitu:

Pertama, mencintai tanah air.
Nabi Muhammad SAW memang tidak berkata “hubbul wathan minal iman”, tetapi beliau sangat mencintai tanah kelahirannya. Beliau sangat mencintai Mekkah. Dalam suatu hadits dari Sahabat Ibnu Abbas berkata:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَكَّةَ: مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلَدٍ، وَأحَبَّكِ إِلَيَّ، وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُوْنِي مِنْكِ مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ (رواه الترمذي).
“Nabi menyatakan tentang kota Mekah, “(Mekah, negeriku), indah betul dirimu, engkaulah yang paling kucintai. Seandainya saja dulu penduduk Mekah tak mengusirku, pasti aku masih tinggal di sini, Mekah” (HR Tirmidzi)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Setiap kita pun pasti memiliki kerinduan dan kecintaan pada kampung halaman atau negeri asal usul kita, tempat di masyarakat yang menjadi dasar pertama kita mengenal dunia, tumbuh dan berkembang. Di sanalah kita telah memiliki banyak kenangan indah yang menjadi bagian hidup kita yang tak terpisahkan. Sehingga ada perasaan kangen untuk berkumpul dan kembali lagi bersama mereka.

Ada satu atsar dari Umar bin Khatab r.a. sebagaimana dikutip Syekh Ismail Haki dalam kitab Tafsir Ruhul Bayan juz 6 menyatakan:

ﻟَﻮْلَا ﺣُﺐُّ ﺍﻟْﻮَﻃَﻦِ ﻟَﺨَﺮُﺏَ ﺑَﻠَﺪُ ﺍﻟﺴُّﻮْﺀ ﻓَﺒِﺤُﺐِّ ﺍﻟْﺎَﻭْﻃَﺎﻥِ ﻋُﻤِﺮَﺕِ ﺍْﻟﺒُﻠْﺪَﺍﻥُ
“Seandainya tidak ada cinta tanah air, hancurlah negara yang terpuruk. Dengan cinta tanah air, negara akan berjaya.”

Dengan kecintaan ini, maka setiap orang akan berusaha memberikan sesuatu yang memiliki nilai dan bermakna bagi negerinya. Sebagaimana bila kita memiliki kekasih, maka rasa cinta itu akan menumbuhkan semangat untuk memberi, bukan meminta. Akan melahirkan jiwa rela berkorban, bukan mengorbankan atau mengkhianati bangsa hanya untuk mendapatkan keuntungan dan kepentingan diri sendiri.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kedua, semangat melayani, memberi dan beramal yang terbaik

Kecintaan pada negeri akan membangkitkan semangat juang untuk memberikan yang terbaik sebagai bentuk sumbangsih atau kontribusinya. Bagi orang beriman tuntutan untuk beramal telah diabadikan dalam Al-Qur’an surah At-Taubah, ayat 105:

وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿١٠٥﴾
“Dan katakanlah (wahai Muhammad): Bekerjalah kamu, maka sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu kerjakan dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib dan yang nyata, kemudian Dia menerangkan kepada kamu tentang apa yang telah kamu kerjakan.”

Rasulullah SAW telah menjelaskan kepada kita amal-amal kebaikan yang bisa mendekatkan diri kita kepada Allah, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Al-Hakim:

إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ شَيْءٍ يُقَرِّبُكُمْ الي الْجَنَّةِ إِلَّا قَدْ أَمَرْتُكُمْ بِهِ , وَلَيْسَ شَيْءٌ يُقَرِّبُكُمْ الي النَّارِ إِلَّا قَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ
“Tidak satu pun amal yang bisa mendekatkan kalian ke surga melainkan aku memerintahkannya kepada kalian. Dan tidak satupun amal yang bisa mendekatkan kalian ke neraka melainkan aku telah melarang kalian darinya.”

Kemerdekaan sesungguhnya bukan tujuan, tetapi baru merupakan jembatan emas untuk mencapai cita-cita luhur, yaitu menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Bangsa Indonesia memiliki budaya sendiri untuk tetap menjaga dan merawat negeri ini berdasarkan Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Marilah sesuai dengan peran dan fungsi kita masing-masing di masyarakat, kita mengisi kemerdekaan ini dengan beramal dan bekerja sebaik-baiknya sehingga akan mampu meraih status negara yang disebut “baldatun thayyibatun warabbul ghafur”, yakni sebuah negara yang makmur yang senantiasa diberikan ampunan dan ridha Allah.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ketiga, rela berkorban dan ikhlas hanya untuk Allah
Orang yang ikhlas dalam beramal tidak lagi memikirkan akan dapat apa dari tiap langkah pengorbanan yang telah dikerjakan. Tidak ada lagi dalam hatinya perasaan mencari pandangan manusia, kecuali hanya fokus mencari ridha Allah SWT.

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾
Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (Qs. Al an’am: 162)

Pondasi seluruh amal adalah ikhlas. Rasulullah SAW pernah ditanya tentang siapa yang termasuk orang yang berjihad di jalan Allah. Apakah orang yang berperang dengan tujuan menunjukkan keberanian, atau untuk tujuan kesombongan, ataukah karena ingin pujian. Beliau menjawab,

مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Siapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah dialah yang disebut fii sabilillah.” (HR. Bukhari-Muslim).

Bila bangsa Indonesia memiliki tiga prinsip ini maka kita yakin akan mampu bangkit dan meraih kemajuan yang gemilang. Demikian sedikit khutbah siang hari ini, semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan dan kekuatan agar kita mampu mengisi dan merawat kemerdekaan menuju cita-cita masa depan bangsa nan cemerlang. Amiin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيننَا اَلَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَا نَا اَلَّتِي فِيهَا مَعَاشنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي إِلَيْهَا مَعَادنَا وَاجْعَلْ اَلْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ اَلْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.l

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*